Kamis, 22 Desember 2011

Di Balik Kisruhnya UI (Universitas Indonesia) Menjelang Akhir Tahun 2011


Ternyata UI yang katanya universitas paling bergengsi, birokratnya masih memakaii 'ancaman psikologis' untuk kendalikan mahasiswa. Hasil kasak-kusuk di UI kemarin, para mahasiswa penerima beasiswa mengaku diancam akan dicabut beasiswanya jika langgar aturan. Menurut mereka, Dekanat UI telah membelenggu hak berserikat dan berkumpul dengan ancaman cabut beasiswa. Selain itu, Dekanat UI juga mengancam skorsing bagi kegiatan himpunan mahasiswa yang tidak 'sejalan' dengan visi misi UI. Maksudnya tidak sejalan?. UI selalu mengijinkan acara dr organisasi2 Tarbiyah, sedangkan acara himpunan mahasiswa yg 'berbeda' cenderung dilarang. Dan cara mereka (UI) mengekang mahasiswa sering dengan ancaman, misalnya ancaman cabut beasiswa, skorsing dan sebagainya.

Seluk beluk munculnya kisruh itu sendiri akan coba kita simak bersama. Pasca kejatuhan Soeharto 1999, akan digelar pemilu dimana UI rencananya akan menjadi TPS (tempat pemungutan suara). Bakin (sekarang BIN) mengadakan riset tentang siapa partai yg paling diminati mahasiswa UI. Hasilnya mengejutkan, ternyata UI memilih PK (partai Keadilan/sekarang PKS) dan PRD (partai rakyat demokratik). Bakin pun melapor pada negara, dan negara pun memutuskan batal menjadikan UI sebagai TPS di pemilu 1999. Karena, UI adalah representatif kaum intelektual Indonesia, sehingga membuka UI jadi TPS akan mengangkat pamor PRD dan PK (skrg PKS). Dan kalau kemenangan PRD dan PK di UI terpublikasi, tentu dana investasi asing ke parpol akan beralih sebagiannya ke PK dan PRD. Negara via Bakin pun memutuskan melancarkan operasi infiltrasi divide et impera, yakni untuk memecah belah PRD dan PK dari dalam. PRD pun, terpecah belah, dalam internal PRD muncul dua kubu (PRD kiri dan PRD kanan). PK pun terbagi dua kubu, yang akhirnya menjadi PKS dan Hizbut Tahrir. Operasi ini terjadi tak hanya di UI, tapi juga di seluruh lini PRD dan PK di indonesia. Berusia singkat, PRD pun bubar, pentolannya kini gabung PDIP. Sedangkan PK jg terbagi menjadi PKS dan Hizbut Tahrir. Di UI, PKS lebih dominan 'menguasai' mahasiswa dan birokrasi ketimbang Hizbut Tahrir. Dan hingga saat ini, negara tidak pernah lagi mengizinkan UI atau kampus lain menjadi TPS dalam pemilu. Sebagai catatan, baik PK dan PRD itu salah satu motor penggeraknya adalah anak jurusan sejarah UI dari fakultas Sastra (skrg FIB UI). Jadi, jangan heran kalau dari dulu sampai sekarang, Fak. Sastra atau FIB UI selalu menjadi sumber pemikiran kritis di UI. Dari hasil pengamatan di lapangan, gejolak pemikiran di UI itu lebih dipacu oleh anak-anak Fak. Sastra atau FIB UI ketimbang Fisip UI. tulah sebabnya banyak aktivitas intelijen di FIB UI (termasuk saya). Bagi yg belum tahu, anak dari Mayjen Gerungan (Rocky Gerung) mantan petinggi Permesta, skrg jadi dosen FIB UI. Dan Rocky Gerung kini menjadi salah satu pionir terdepan Partai SRI bersama beberapa senior2 FIB UI. Organisasi RMS (republik maluku serani) juga tercatat sudah 'memasukkan' sejumlah mahasiswa ke FIB UI. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tak ketinggalan, beberapa 'agen' GAM juga disusupkan ke FIB UI. Data intelijen yg disimpan di Deplu menyebutkan ada sekitar 14 aktivitas intelijen di FIB UI. Dari kelompok kiri, kelompok kanan, kelompok separatis, ikutan memantau FIB UI. Maka tak heran Sudjiwotedjo ketika mampir ke FIB UI pada salah satu pagelaran teater kampus terbesar di Indonesia berkata iri pada FIB UI. Jika anda membandingkan gelora mahasiswa di UI, anda tidak akan menemui gairah pembangkangan yang lebih besar dari FIB UI. Itulah sebabnya saya bilang, UI hanya terbagi 2 kubu, Tarbiyah yg menguasai hampir seluruh Fakultas, versus FIB UI. Tarbiyah UI selalu mencoba menundukkan FIB UI, namun terus dilawan oleh gerakan solidaritas FIB UI. Bagi yg mengetahui, mungkin pernah dengar mahasiswa UI perang lawan Tarbiyah di ajang pemilihan ketua BEM UI. Kejadiannya sekitar tahun 2003-2004, perang yg saya maksud dalam arti harfiah. Pemukulan, lempar batu terjadi di FIB UI. Kemudian pada pemilihan ketua BEM UI tahun berikutnya, mahasiswa FIB UI membakar kotak suara karena menemukan adanya kecurangan Tarbiyah UI. Tahun 2008, seluruh mahasiswa FIB UI bersatu menghadang Dekanat UI lantaran Dekanat membelenggu kebebasan berkumpul mahasiswa non Tarbiyah. Kejadian serupa terulang kemarin, mahasiswa FIB UI bahu membahu mengepung Dekanat karena larangan berserikat dan berkumpul. Dan lagi-lagi Tarbiyah UI berada di belakang pelarangan berkumpul itu. Tarbiyah UI memang sudah 'menyusup' ke birokrasi UI, dosen-dosen UI hingga BEM UI. Pada peristiwa FIB UI kemarin, kepala jurusan sejarah bernama Abdurahman yg aktif sebagai anggota PKS adlh salah satu dalang pelarangan itu. Pelarangan ini didukung oleh salah satu petinggi Dekanat FIB UI bernama Albert Roring yg menurut cerita mahasiswa selalu menopang Tarbiyah. Albert Roring bahkan mengancam akan mencabut beasiswa mahasiswa baru (Maba), suatu tindakan yang sangat keji yg pernah dilakukan oleh 'Guru'. Untungnya, Roring mengancam seorang Maba Sejarah UI bernama Jalaludin yg namanya sempat ngetop di media massa. Jalaludin ini unik, dia naik sepeda dari Jawa Tengah ke Depok (harfiah) karena diterima di UI. Media sempat ramai memberitakan ini. Ancaman kepada Jalaludin rupanya menjadi 'batu kerikil" bagi Tarbiyah UI. Mahasiswa FIB UI pun memanfaatkan 'keuntungan' itu dengan menggalang aksi protes yg melibatkan media massa. Pantauan saya, pemberitaan itu menjadi salah satu senjata kuat mahasiswa FIB untuk memenangkan pertarungan vs Dekanat-Tarbiyah FIB UI. Kun fayakun! Mahasiswa FIB UI memenangkan pertarungan. Dekanat/Tarbiyah FIB UI batal mencabut beasiswa Jalaludin. Bravo ! Salute buat FIB UI yang lagi-lagi berhasil memukul mundur Tarbiyah UI. Hingga saat ini, satu-satunya fakultas di UI yg masih 'berani' melawan Tarbiyah adalah FIB UI. Tapi tetap perlu diwaspadai, kekuatan Tarbiyah UI disokong oleh Manajer Kemahasiswaan Rektorat UI bernama Kamaruddin. Melalui Kamaruddin inilah, orang-orang Tarbiyah UI berhasil menyusup di birokrasi UI, Albert Roring merupakan salah satu orangnya Kamaruddin. Kekuatan Tarbiyah UI paling kuat di Fakultas MIPA. Nama kantinnya Fakultas MIPA saja DALLAS yg merupakan kependekan dari 'di bawah lindungan Allah SWT'. Nah, pertanyaannya kemudian adalah apakah ada hubungannya antara kisruh rektor UI Gumilar Sumantri dengan Tarbiyah UI?. Ya, betul. Keduanya memang berkaitan. Ada pihak yg ingin menggoyang kekuatan Tarbiyah (PKS) di UI yg disokong oleh Gumilar. Siapakah yg ingin menjatuhkan dominasi Tarbiyah (PKS) di UI via Gumilar?. Ada beberapa pemain disini. Tapi singkatnya, mereka adalah gerakan yg disokong para intelektual UI dari fakultas Kedokteran, Ekonomi, Fisip. Sayangnya, mereka ini memiliki agenda politik tingkat tinggi yg sebetulnya juga tidak memperjuangkan hak-hak mahasiswa UI. Dugaan sementara dari tim intelijen di lapangan, ada kepentingan global di balik gerakan Save UI, juga Pelita UI. Saya belum bisa buka datanya, karena masih harus konfirmasi lebih lanjut soal ini. Tapi sedikit indikasi, ada kelompok mafia berkeley di balik gerakan Save UI juga Pelita UI. Kita mendengar nama Emil Salim (kelompok berkeley) aktif di gerakan Save UI. Kemudian ada nama Gadis Arivia (aktivis partai SRI), istri dari Rick Pollar (petinggi World Bank yg menjembatani Sri Mulyani ke World Bank). Banyak lagi nama yg belum bisa saya buka disini. Sejumlah tim intelijen dari berbagai kepentingan sedang memantau perkembangan kisruh UI. Dua kekuatan besar sedang tarik menarik di UI. Yg satu merapat ke MWA untuk jatuhkan Gumilar, sdgkan Tarbiyah back up via M Nuh (Mendiknas). We'll see lah bagaimana hasil akhirnya. Entah kelompok Berkeley atau Tarbiyah yg menang. Yang jelas, mahasiswa tetap ditunggangi. Mungkin sedikit yang tahu, bahwa setiap pemilihan ketua BEM UI, dana partai berseliweran menyokong kampanye sang calon. Nilai sokongan dana partai ke ketua BEM itu mencapai miliaran lho. Tentunya ada deal antara sang kandidat dengan partai. Kelompok Berkeley, umumnya menggunakan bahasa2 yg seolah memperjuangkan kebebasan dan demokrasi untuk gaet massa di UI. Sedangkan kelompok Tarbiyah UI (PKS), tentu saja memperjuangkan langgengnya kekuasaan mereka sendiri dgn mengekang hak mahasiswa. Tapi berdasarkan pantauan saya, isu pergolakan yg muncul di FIB UI masih lebih murni berasal dari keresahan terhadap otoritas yg mengekang. Itulah kenapa sejak dulu, sulit bagi kelompok-kelompok yg berkepentingan menguasai UI untuk menduduki FIB UI secara utuh.
Sumber : https://twitter.com/#!/ratu_adil (Timelines)

Tidak ada komentar:

© 2011 BEM FH UNWIKU